Pages

Selasa, 12 November 2013

Fenomena Sosial Politik yang Marak Terjadi Di Era Politik

Fenomena “Banyaknya Artis yang Terjun ke Dunia Politik”
(Perilaku Politik dan Partisipasi Politik)
Oleh: Andika Jaka

Di zaman era Reformasi ini, kita tahu semakin maraknya yang berkecimpung di dalam dunia perpolitikan Indonesia. Apalagi yang terjun dalam pperpolitikan tersebut, banyak dilakukan dari kalangan artis-artis. Contohnya artis-artis yang mencalonkan diri melalui pemilihan kepala daerah seperti Saiful Jamil, Primus Yustisio, Dede Yusuf, dan Rano Karno. Dua nama terakhir telah berhasil dan menjadi wakil gubernur Jawa Barat dan wakil bupati Tangerang. Tidak cukup disitu, para artis juga seakan-akan berlomba-lomba dalam berpartisipasi ke dunia perpolitikan dengan menjadi caleg dari berbagai partai politik, seperti Eko Patrio, Wanda Hamidah, Ikang Fauzi yang telah menjadi caleg dari PAN. Bahkan, seakan tak mau kalah dengan artis-artis yang lain, untuk berkecimpung di dunia politik dari kalangan artis juga ada yang ingin mencalonkan diri untuk menjadi orang nomer satu di Indonesia, seperti kita tahu sekarang ini Rhoma Irama akan mencalonkan diri menjadi presiden dalam Pemilu 2014 mendatang.
Fenomena politik yang saat ini terjadi dapat berkaitan dengan konsep sosiologi politik yaitu perilaku politik dan partisipasi politik. Perilaku politik merupakan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, ataupun antara lembaga pemerintah dengan kelompok/individu di dalam masyarakat guna untuk proses pembuatan, pelaksaan, dan penegakan keputusan politik. Sedangkan partisipasi politik merupakan suatu perilaku rakyat biasa baik individu ataupun kelompok yang tidak memiliki wewenang (dalam artian bertanggung jawab membuat, melaksanakan, dan menegakkan keputusan politik), tapi mereka berhak untuk mempengaruhi aktivitas perilaku politik tersebut dalam menjalankan fungsinya.[1]
Banyaknya artis yang terjun ke dunia politik ini, banyak  kepentingan-kepentingan dibalik keinginan individu itu sendiri. Salah satu kepentingan tersebut bertujuan untuk memperoleh wewenang dan kekuasaan. Jadi tidak sedikit artis ingin mencalonkan diri yang katanya untuk mengabdi terhadap negara, itu bisa dikatan hanya sebuah pencitraan belaka. Hal ini menilik dari konsep kekuasaan yang berkaitan erat dengan perilaku politik menurut Robert Dahl, yaitu diaman (A) memiliki kekuasaan atas (B). Apabila (A) dapat mempengaruhi (B) untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh (B).[2] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuasaan politik merupakan kemampuan, pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku orang lain sehingga perilaku yang dipengaruhi tersebut sesuai apa yang diinginkan oleh yang mempengaruhi. Selanjutnya, jika hal tersebut dapat terpenuhi dengan baik maka akan memuunculkan perilaku pemilih dalam proses politik seperti Pemilu.
Dan bentuk partisipasi politik salah satunya dapat digambarkan dengan konsep Piramida Partisipasi Politik, dimana dalam piramida tersebut mempunyai 4 bagian dalam tipe-tipe berpartisipasi politik. Dilihat mulai dari orang yang bersifat apolitis, pengamat, partisipan, dan Aktivis. Kembali lagi pada fenomena politik dimana banyak artis yang terjun ke dalam dunia perpolitikan, dapat digambarkan bahwa artis ini telah menjadi bagian aktivis dalam bentuk piramida partisipasi sosial.
Sedangkan apa yang dilakukan oleh banyak artis tersebut, bukan berarti itu merupakan satu-satunya bentuk implementasi partisipasi politik. Selain itu, ada berbagai bentuk partisipasi politik seperti ikut serta dalam pemilihan umum, kegiatan politik lain yang bersifat mendukung pemerintah, voting, diskusi politik, kegiatan kampanye, bahkan bisa melalui unjuk rasa atau demonstrasi.



[1]  P Anthonius Sitepu, “Teori-Teori Politik”,  Yogyakarta: 2011, hlm. 88
[2]  P Anthonius Sitepu, “Teori-Teori Politik”,  Yogyakarta: 2011, hlm. 51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar