Pages

Selasa, 23 April 2013

Sumbangan Teori Erving Goffman dengan Teori Dramaturgi


Teori Erving Goffman
 Erving Goffman mengungkapakan teori Presentation of  Self atau disebut juga sebagai Dramaturgi. Konsep dramaturgi menurut Erving Goffman adalah, dimana ia memandang kehidupan sosial merupakan seperti pertunjukan drama pentas.[1] Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi dan berhubungan dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan.[2]

Menurut Erving Gofffman, di dalam situasi sosial, seluruh aktivitas dari partisipan tertentu adalah suatu penampilan(performance), sedangkan orang lain yang terlibat dalam situasi sosial disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya.[3]

Individu dapat menampilkan suatu pertunjukan bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap pertunjukan tersebut dapat berbeda-beda.[4] Jadi seseorang dapat bertindak atau menampilkan sesuatu yang diperlihatkannya, tapi belum tentu perilaku sehari-harinya tidak sama seperti apa yang diperlihatkannya tersebut.

Menurut Erving Goffman, dalam dramaturgi perlu dibedakan antara panggung depan (front stage) dengan panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi sebagai cara untuk tampil didepan umum sebagai sosok yang ideal.[5] Sedangkan panggung belakang adalah bagian penampilan individu yang tidak sepenuhnya dapat dilihat, hal ini dapat memungkinkan bahwa tradisi dan karakter pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan.

Goffman membagi panggung depan (front stage) ini menjadi dua bagian yaitu, front pribadi (personal front) dan setting front pribadi. Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh pelaku.[6] Misalnya, berbicara dengan sopan, pengucapan istilah-istilah asing, berbicara dengan intonasi tertentu, bentuk tubuh, ekspresi wajah, pakaian, dan sebagainya. Sedangkan setting front pribadi seperti alat-alat yang dianggap sebagai perlengkapan yang dibawa pelaku ke dalam penampilannya.[7] Misalnya seorang dokter mengenakan jas dokter dan stetoskop.

Dalam teori Dramatugi menjelaskan bahwa identitas manusia itu tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain.[8]

Goffman membuat kategori tentang stigma, yaitu orang yang direndahkan (stigma diskredit) dan orang yang dapat direndahkan (discreditable stigma).[9] Orang yang direndahkan adalah orang yang memiliki kekurangan yang dapat dilihat dengan kasat mata, misalnya seperti orang cacat fisik, orang buta, dll. Sedangkan orang yang dapat direndahkan adalah orang yang memiliki aib yang tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya seperti orang yang suka sesama jenis.

          Analisis framing merupakan situasi yang dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur peristiwa-peristiwa seperti peristiwa sosial, dan keterlibatan subyetif kita di dalamnya. Dengan arti, kita belajar memaknai suatu peristiwa tertentu dan realitas sosial sesuai dengan pengalaman yang telah kita miliki dalam suatu organisasi sosial masyarakat yang kemudian menjadi tindakan kita.[10]




[1]  Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[2]  Idem, hal. 158
[3]  Idem, hal. 158
[4]  http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id
[5]  Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[6]  Idem, hal. 158
[7]  Idem, hal. 158
[8]   http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id
[9]   Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[10] Idem, hal. 158

Tidak ada komentar:

Posting Komentar