Teori
Erving Goffman
Erving Goffman mengungkapakan teori Presentation of Self atau disebut juga sebagai
Dramaturgi. Konsep dramaturgi menurut Erving Goffman adalah, dimana ia
memandang kehidupan sosial merupakan seperti pertunjukan drama pentas.[1]
Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi
dan berhubungan dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung
sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan.[2]
Menurut Erving Gofffman, di dalam situasi
sosial, seluruh aktivitas dari partisipan tertentu adalah suatu penampilan(performance), sedangkan orang lain yang
terlibat dalam situasi sosial disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya.[3]
Individu dapat menampilkan suatu
pertunjukan bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap pertunjukan tersebut
dapat berbeda-beda.[4]
Jadi seseorang dapat bertindak atau menampilkan sesuatu yang diperlihatkannya,
tapi belum tentu perilaku sehari-harinya tidak sama seperti apa yang
diperlihatkannya tersebut.
Menurut Erving Goffman, dalam dramaturgi
perlu dibedakan antara panggung depan (front
stage) dengan panggung belakang (back
stage). Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara
teratur berfungsi sebagai cara untuk tampil didepan umum sebagai sosok yang
ideal.[5]
Sedangkan panggung belakang adalah bagian penampilan individu yang tidak
sepenuhnya dapat dilihat, hal ini dapat memungkinkan bahwa tradisi dan karakter
pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan.
Goffman membagi panggung depan (front stage) ini menjadi dua bagian
yaitu, front pribadi (personal front)
dan setting front pribadi. Personal front
mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh pelaku.[6]
Misalnya, berbicara dengan sopan, pengucapan istilah-istilah asing, berbicara
dengan intonasi tertentu, bentuk tubuh, ekspresi wajah, pakaian, dan
sebagainya. Sedangkan setting front pribadi
seperti alat-alat yang dianggap sebagai perlengkapan yang dibawa pelaku ke
dalam penampilannya.[7]
Misalnya seorang dokter mengenakan jas dokter dan stetoskop.
Dalam teori Dramatugi menjelaskan bahwa identitas manusia itu tidak
stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan
psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung
dari interaksi dengan orang lain.[8]
Goffman membuat kategori tentang stigma,
yaitu orang yang direndahkan (stigma diskredit) dan orang yang dapat
direndahkan (discreditable stigma).[9]
Orang yang direndahkan adalah orang yang memiliki kekurangan yang dapat dilihat
dengan kasat mata, misalnya seperti orang cacat fisik, orang buta, dll.
Sedangkan orang yang dapat direndahkan adalah orang yang memiliki aib yang
tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya seperti orang yang suka sesama
jenis.
Analisis framing merupakan situasi yang
dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur peristiwa-peristiwa
seperti peristiwa sosial, dan keterlibatan subyetif kita di dalamnya. Dengan
arti, kita belajar memaknai suatu peristiwa tertentu dan realitas sosial sesuai
dengan pengalaman yang telah kita miliki dalam suatu organisasi sosial
masyarakat yang kemudian menjadi tindakan kita.[10]
[1] Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah
kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[2] Idem, hal. 158
[3] Idem, hal. 158
[4] http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id
[5] Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah
kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[6] Idem, hal. 158
[7] Idem, hal. 158
[8] http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id
[9] Dadang Supardan, pengantar ilmu social:sebuah
kajian pendekatan structural, Jakarta: 2007, hal. 158
[10] Idem,
hal. 158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar