Ideologi atau ideologie (dalam bahasa Perancis) pertama kali
dikumandangkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836) yang hidup pada masa
Revolusi Perancis. Ideologi dalam pengertian de Tracy merupakan kritik terhadap
ide-ide ataupun keyakinan-keyakinan yang bercorak dogmatik dan tidak rasional.
Upaya kritis de Tracy ini tak lepas dari tujuannya untuk mencerahkan dan
menunjukan ide-ide yang keliru di masyarakat, karena masyarakat Perancis saat
itu masih dilingkupi oleh dogma-dogma agama dan otoritas politik yang absolut
(Eagleton, 1993: 64).
Upaya de Tracy mengalami kegagalan karena dalam realitas, ideologi tidak
lagi menjadi keyakinan ilmiah tentang ide-ide melainkan sebaliknya, ide-ide itu
menjadi idealisme revolusioner. Akibatnya, kajian tentang ide-ide yang
seharusnya menjadi kajian rasional telah menjadi ajaran-ajaran ideologis.
Perubahan pengertian ideologi dari suatu ilmu tentang ide menjadi term
yang bercorak politis lahir dengan tampilnya tulisan Karl Marx dan Friedrich
Engels dalam The German Ideology (1846). Analisis Marx tentang ideologi bahwa
– dalam masyarakat kapitalis yang terpolarisasi antara kelas kapitalis (pemilik
modal) dan kelas pekerja – tidaklah berbicara tentang keberadaan atau kenyataan
empiris tapi berbicara tentang kemanfaatan, kepentingan dan pamrih. Ideologi
merupakan ilusi, pandangan yang menyesatkan tentang dunia, dan kepalsuan
(Engels menyebutnya sebagai kesadaran palsu
Dalam pandangan Lenin – seorang pemimpin Revolusi Sosialis Rusia –
ideologi merupakan ide-ide yang berasal dari kelas sosial tertentu yang
berfungsi untuk mendukung kepentingan-kepentingan kelas tersebut. Dengan
kerangka berfikir ini maka baik kaum borjuis maupun proletar memiliki ideologi
masing-masing.
Seorang Marxis lain juga mengembangkan pengertian ideologi adalah Antonio
Gramsci. Titik tolak kajiannya adalah adanya hegemoni kaum borjuis dalam
masyarakat kapitalis. Sistem kapitalis dapat berdiri kukuh karena ditopang oleh
ketidaksetaraan kekuatan ekonomi dan politik, serta oleh hegemoni ide-ide dan
teori-teori borjuis. Hegemoni borjuis, menurut Gramsci hanya dapat ditentang di
tingkat intelektual dan politik melalui penciptaan hegemoni proletariat yang
berbasis pada teori, nilai dan prinsip-prinsip sosialis.
Dalam buku Ideology and Utopia (1924), Mannheim mendefinisikan
ideologi sebagai sistem pemikiran yang menjadi dasar tatanan sosial. Ideologi
juga mengekspresikan kepentingan-kepentingan kelompok penguasa atau kelompok
yang dominan di masyarakat.
Mannheim memilah ideologi menjadi dua jenis yakni ideologi partikular dan
ideologi total. Ideologi partikular merupakan ide-ide individu atau kelompok
tertentu, sedangkan ideologi total mengacu pada weltanschauung atau world
view (pandangan hidup) yang diyakini oleh suatu kelas sosial, masyarakat
luas dan bahkan berlaku pada suatu periode jaman tertentu.
Menginjak tahun 1960-an hingga kini, kajian tentang ideologi bergeser ke
arah analisis ideologi dari perspektif sosial dan politik. Martin Seliger yang
menyebutkan bahwa ideologi merupakan seperangkat ide-ide, di mana (melalui
ide-ide tersebut) seseorang mampu menjelaskan dan menjustifikasi tujuan serta
tindakan sosial yang terorganisir, atau dengan kata lain, ideologi merupakan
sistem pemikiran yang berorientasi pada tindakan (Heywood, 1998: 8-11).
Heywood (1998: 12) mendefinisikan ideologi sebagai seperangkat ide yang
menjadi basis tindakan politik yang terorganisir. Heywood mengembangkan tiga
ciri ideologi yakni:
a) sebagai
world view (pandangan hidup) masyarakat.
b) sebagai
model, visi, cita-cita tentang tatanan masyarakat yang baik di masa depan.
c) sebagai pedoman bagi
perubahan-perubahan politik yang seharusnya dilakukan.
Heywood kemudian mengkasifikasikan gejala ideologi ke dalam dua bentuk. Pertama,
ideologi dapat dilihat sebagai bentuk pemikiran deskriptif dan normatif, Kedua, ideologi dapat dilihat sebagai teori
politik dan tindakan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar